Sabtu, 26 Juni 2010

28 WEEKS LATER

Gua gak tau ya, tapi menurut gua film horor itu salah satu genre yang paling jarang punya inovasi. Beda sama film komedi, yang joke-joke nya bisa selalu fresh dan ngikutin jaman. Film action juga selalu bisa menghadirkan koreografi dan special effect paling mutakhir ngikutin perkembangan teknologi. Yang bikin film horor itu menjadi (rada-rada) stagnan, adalah simpel: orang-orang udah makin susah ditakut-takutin. Reasonable sih, dengan banyaknya real life horror yang terjadi di seluruh penjuru bumi belakangan ini, sapa juga yang sudi nonton film horor di bioskop? No thanks. Udah kenyang mas...

Jadi kenapa gua malah nekat lenggang kangkung ke bioskop dan menonton film zombie "28 Weeks Later"? Simpel. Karena film pertamanya ("28 Days Later") bener-bener ninggalin kesan yang positif di hati gua (filmnya bener-bener bikin pucet, panas dingin, meriang dan mual-mual. Dan YA, untuk ukuran film horor, ini adalah kesan yang positif. *psycho*).

Pertama-tama, seperti sebuah review film pada umumnya, gua akan menceritakan plot film, yang sebenernya bisa dirangkum dalam satu kalimat singkat. Plotnya adalah: "sekelompok manusia jejeritan diuber-uber ratusan zombie di sepanjang Inggris Raya selama 100 menit masa putar film". Udah selese. Gitu doang. Gua jadi ngebayangin gimana reaksi para bos hollywood waktu ngedenger plot tersebut dipresentasikan di depan mereka.

"Say...isn't that the same like "Dawn of the Dead?"
"And "Night of the Living Dead?"
"And Shaun of the Dead?"
"And 'Bangkit dari Kubur'?"

Memang. Tapi mau gimana lagi. Emang plot film horor kebanyakan diulang-ulang mulu. (contoh: Disturbia mirip sama Rear Window. Scream mirip sama Halloween. Suster Ngesot jiplak Bangsal 13. Bahkan Kainibal Sumanto jiplak Hannibal--ini ngasal). Jadi gua udah gak bisa protes lagi. Paling-paling yang tinggal gua liat adalah gimana sutradaranya dapat men-sustain filmnya menjadi sesuatu yang watchable (alias layak tonton), seram dan tegang sepanjang masa putar. And what do you know? '28 WEEKS LATER' KICKS ASS.

Ini bener lho (setidaknya menurut gua). "28 Weeks Later" lebih mencekam dari Dawn of the Dead (yang tadinya gua pikir, ini film zombie terbaik yang pernah dibuat), jauh lebih serius dari "Shaun of the Dead" (ya iyalah..) dan lebih hi tech dari 'Bangkit dari Kubur". And it's about the same as "28 Days Later". And yes, it's a GOOD thing.

Gua emang selalu suka sama genre film zombie, karena entah kenapa, gua menangkap ada unsur realis-nya di situ. Gua menganggap film zombie telah memberikan teori menarik tentang hari kiamat (versi Hollywood tentunya) dimana ras manusia binasa akibat edpidemi yang menggila. Anggep aja "virus zombie" itu sebagai alegori dari AIDS, Ebola, flu burung (atau muntaber dan demam berdarah di Indonesia). Di film zombie kayak Dawn of the Dead misalnya, selalu ada penggambaran sekelompok manusia dalam keadaan panik dan kesetanan, hingga akhirnya jadi rusuh kayak binatang. Di sini ada semacam "mirror game" tentang siapa yang sebenernya gak manusiawi: zombie, atau manusianya yang rebutan makanan, egois dan mau menang sendiri?

Bagi yang gak mau over analysis, singkatnya: 28 Weeks Later sangat enak dinikmati oleh penggemar horor. Tegangnya gak berenti-berenti. Baru aja narik napas, jantung udah mompa lagi. Baru aja lega makan popcorn, gua udah langsung nyaris keselek. Baru aja nyeruput es teh, gua hampir nelen sedotan. Ini karena 28 Weeks Later pinter banget maenin suasana chaos dan panik, hingga berbagai pengabaian logika pun dimaafkan. Ada beberapa adegan di film ini yang ngebuat gua bereaksi seperti ini:

"Loh..loh LOH KOK MALAH LARI KE SITU?? JANGAN! JANGAN!!!"
*Sutradara dalam imajinasi gua*: "Kan namanya juga lagi panik...."
"Oh..." "Lah LAH LAH KOK MALAH SEMPET-SEMPETNYA..."
Sutradara: "Kan namanya juga lagi panik.."
"Oh..."

Begitulah.. Lagian, walopun beberapa karakternya melakukan hal-hal bodoh di awal-awal film (ini cuma awal-awalnya aja kok) at least 28 Weeks Later punya satu kepintaran: Zombie-nya dibikin lari, dan bisa nguber dengan kecepatan Road Runner (gak segitunya sih). Persis lah kayak Dawn of the Dead sama 28 Days Later. Menurut gua, keputusan untuk membikin tokoh zombie-nya bisa lari, telah menyelamatkan film ini dari jurang kebodohan film-film zombie terdahulu. Gua pernah ingat satu komentar cerdas dari film Night of the Living Dead dulu:

"What are you afraid of?? YOU CAN WALK RIGHT PASS THEM!!"
Atau sindiran lucu dari Shaun of the Dead (parodi film zombie dari Inggris):
"Gua tau caranya ngelewatin zombie-zombie itu. PURA-PURA JADI ZOMBIE AJA. NAH, mari kita latihan!!"

Di film 28 Weeks Later ini zombie-nya bener-bener liar kayak sapi gila. Mau gak mau kita (yang nonton) ikutan jejek-jejek kaki. Boro-boro bisa mikir mau lari lewat mana ato ngambil senjata apa. Ngibrit pake mobil aja masih bisa ketangkep..

Satu lagi yang gua suka dari 28 Weeks Later adalah, film ini berani menghabisi karakter-karakter pembantu yang sangat simpatik. Baru aja filmnya lima menit jalan, karakter yang kita suka udah maen-maen harpa di awan (alias modhyar). Baru aja filmnya dua puluh menit jalan, tokoh yang kita pikir dapet banyak barokah dan perlindungan Tuhan, malah tersiksa dengan cara paling kejam. Kira-kira penggambarannya seperti ini:

*Film lima menit jalan*
Gua: "Aawww.... betul-betul tokoh yang baik lagi tulus... pasti dia akan menjadi--"
*dari layar bioskop* BROOOM BROOOOM.. KRAK. EAAA. EAAAAA... CROT. CROT CROT.
Gua (terpukul): Ah.... Oh.... Yah... Well... Setidaknya pasti masuk surga...
*Film sepuluh menit jalan*
Gua: "Waaa...dari tadi ni orang ngebantu banget sih... pasti ini lakon nya deh. Ayo, ayo, semangatlah kali--"
*dari layar* CRAAAAAAKKK CROOOOOOKKK. PLUK PLUK PLUK.. "Se....lamat...tinggal....Lela... Ohh..."
Gua (ngurut-ngurut dada): Astaghfirullahaladzim...
*Film lagi seru-serunya*
Gua (nyaris sesek napas): Akhirnyaaaa...filmnya mau abiss... pasti orang ini yang selamat.. BERSYUKURLAH KAU--
*dari layar* KRIAAAAAAKK. JROT. JROT. PRET. GLUTUK GLUTUK.
*tokoh di film*: "TIDAAAAAAAAKKKKKK!!!"
*Gua di bioskop*: "AAAAARRGHHHHHH. NGEPEETTT (*sensor*). UDAH MATI AJA LO SEMUA. MATI AJA SEMUA. ZOMBIE RULESSS!! BWAHAHAHAHAHA.....

Stress. Nonton film ini bener-bener stress.
And YES, dalam khazanah film horror, IT IS A GOOD THING.

You psycho.

1 komentar:

  1. Diooo... harusnya lo bikin resensi pas kita nonton 'Nightmare on Elm Street' juga memfokuskan tentang how the girl next to me made me deaf!! hohoho

    BalasHapus