Sabtu, 26 Juni 2010

PINTU TERLARANG

 
 
Pintu Terlarang Official Trailer

Joko Anwar itu sineas lokal. Tapi seleranya selera Barat. Dan dia bukan satu-satunya. Banyak sutradara lokal lain yang approach nya "bule" banget. Tapi kayaknya Joko is the most successful of the bunch. Kalo Garin Nugroho dan Nan T Achnas bisa dijagokan untuk membuat film-film yang "Indonesia banget", Joko bisa diandalkan buat bikin film yang punya appeal to the mainstream crowd (walaupun tema temanya melawan arus). Tapi ya jadinya itu.. Filmnya belum punya ciri khas. Tapi sebagai hiburan, film2 Joko selalu punya nilai hiburan yang tinggi. Bahkan Kala yang flop di pasaran aja gua jamin sanggup menghibur banyak penonton, kalo saja didukung promosi yang layak. Poin-poin inilah yang akhirnya dijawab dengan film teranyarnya: Pintu Terlarang.
 
Udah gua bilang tadi, kalo Joko (sejauh ini) berselera Barat (which is fine by me), tapi yang bikin gua agak mendoyongkan kepala adalah...yah... judul filmnya sendiri. Membaca judul Pintu Terlarang terpampang di atas poster kumal (keren dan mahal) itu sungguh bagaikan memandang film berbintangkan Christine Hakim, dengan judul Kelambu Basah. Bener-bener bikin turun gairah. Suer.
 
Tapi tentu saja gua gak bisa protes lantaran filmnya diadaptasi dari novel berjudul sama. Mungkin ada pertimbangan lain kenapa judul ini yang akhirnya dipakai.

Eniwei, plot filmnya sendiri berkisar pada Gambir (Fachri Albar), seorang pematung sukses yang dikelilingi oleh rahasia-rahasia absurd di kehidupannya. Bahkan sang istri jelita pun (Marsha Timothy) menyimpan rahasia darinya. Rahasia-rahasia tersebutlah yang akhirnya menggiring sang protagonis ke sebuah Pintu Terlarang. Nah, apa yang ada di Pintu Terlarang? Yang pasti bukan Hantu Jamu Gendeng ato Gendong ato apalah namanya itu.

Yang bikin gua salut dengan film ini adalah, pertama, seperti layaknya film thriller yang baik, penonton selalu dibuat bertanya-tanya. Gua berani jamin twist-twist nya gak bakal ketebak oleh penonton (this movie has more than a couple of them). Kalo nih film diibaratkan bungkus sate (wtf?) maka bungkusannya rapih sekali. Udah distaples, trus disolatip abis itu dikaretin pula. Sungguh sulit untuk ngeliat isinya. Tapi sekalinya bungkus sate nya kebuka. ILah Mak Jaaaan....berhamburan lah semuanya. Belepotan. Berantakan. Lulumpatan (all in a good way).
 
Tapi bukan berarti film ini gak ada kekurangannya. Gua merasa ada hal-hal minor yang membuat film ini--walaupun mengibur banget--jadi gak bull's eye kayak Kala. Entah kenapa, film ini kurang mencekam. Beda banget sama Kala, yang bener-bener arresting dan kelam. Katanya sih si Joko mencoba membuat gaya yang lebih light, di mana the movie doesn't take itself to seriously. Tapi sayangnya, the actors seem to take their parts very seriously. Ini membuat keseluruhan film jadi nanggung. Maunya apa? Self mocking, seperti yang ditunjukkan musiknya yang ceria? Ato mau jadi thriller yang tegang dan mencekam, seperti yang ditunjukkan oleh intensitas para pemainnya, pencahayaannya dan (lagi-lagi) musiknya yang tiba2 aja switch jadi serius? Ini sedikit banyak mengganggu gua karena, believe me, kalo ada diantara rekan-rekan semua yang udah baca bukunya, OMAIGATYANGMULIARATUKIDUL. Novelnya bener-bener edhyan gilanya. Dan gua berharap filmnya bisa mencapai kadar kesintingan yang sama. Tapi sepertinya Joko lebih memilih jalan lain. Dia mau orang normal dan waras juga bisa menikmati filmnya. Beda dengan versi novelnya yang bener-bener naudzubillah gendengnya (mungkin Joko berusaha menghindari sensor dan cekal?). Film ini jadi terasa restrained. Bukan cuma gore dan violence nya, tapi juga juga emotional impact nya. Tapi sungguh, untuk ukuran film Indonesia, ini adalah sebuah thriller yang sangat membanggakan sekali. Di saat Hollywood getol bikin thriller gampangan dengan twist-twist yang ketebak, film bikinan sineas kita ternyata bisa menghadirkan kejutan-kejutan yang nendang dan nampol.

Pesen gua, buat yang suka thriller ataupun tidak, give this one a shot, sebelum barang barang tiruan bikinan para pedagang itu membanjiri pasaran. Nih film juara.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar